Saat Quarter Life Crisis Melanda...
Setelah cukup lama hiatus dari menulis di blog ini, ide sebuah tulisan pun muncul setelah merenung. Masa-masa beraktivitas tanpa henti selama 3 bulan terakhir cukup menyita pikiran dan waktu, sehingga aku jarang merenung. Setelah semuanya selesai, aku ingin kembali menulis dan membagikan renunganku. Aku sangat bersyukur kuliah dan kerja daring yang ku jalani berjalan dengan lancar (walau tidak semulus harapan). Pada masa-masa studi daring itu, ada kalanya aku bertanya pada diri sendiri, "apa benar semua yang ku jalani sekarang adalah apa yang aku inginkan?" Kadang jawabannya iya, ada kalanya juga tidak. Mungkin orang-orang seumuranku juga merasakan hal ini. Banyak orang mengatakan ini adalah masa Quarter Life Crisis (krisis hidup di usia +/- 25 tahun). Masa di mana kita mulai mempertanyakan identitas diri kita. Masa di mana kita merasa 'gini-gini aja' dan 'ketinggalan' dari orang lain.
Aku banyak menemukan curahan hati quarter life crisis orang-orang seusiaku di sosial media. Oleh karena itu, aku ingin menuliskan apa yang aku lakukan saat quarter life crisis menyerang. Tulisan ini bersifat subjektif dan personal. Caraku menyikapi quarter life crisis bisa jadi berbeda dengan yang lainnya karena latar belakang dan situasi setiap orang tentu saja beragam.
Bagaimana Harus Bersikap saat Quarter Life Crisis Melanda?
Akui bahwa kamu tidak baik-baik saja
Alih-alih mengakui kegundahan hati, aku kerap kali menyangkal dengan berkata "Aku tidak apa-apa. Aku harus kuat." Padahal, mengakui dan merangkul perasaanku yang sesungguhnya adalah suatu hal yang baik untuk diri sendiri. Tidak apa-apa kok bersedih dan mengakuinya. Kita kan manusia biasa, dan merasa tidak baik-baik saja/sedih sama normalnya dengan merasa senang.
Tuliskan kegundahanmu secara rinci
Menulis adalah salah satu cara mengsinkronisasi perasaan dan pikiran. Ketika kamu gundah karena suatu hal (misalnya kamu sedang membuka sosial media dan kamu merasa kamu tidak sehebat teman-temanmu), kamu dapat menuliskan perasaan itu ke jurnal harianmu. Setelah menulis perasaanmu, kamu bisa lanjutkan dengan 'alasan perasaan itu muncul', dan 'apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat dirimu merasa lebih baik'.
Sebenarnya, ini adalah cara lamaku yang sudah jarang aku lakukan sekarang. Sekarang aku lebih fokus pada 'Gratitude Journal' atau Jurnal Rasa Syukur. Dengan menuliskan apa yang aku syukuri saat aku bangun tidur, aku bisa sedikit mengesampingkan quarter life crisis ini.
Kerjakan apa yang bisa dikerjakan
Teman dekatku memberitahu "kerjakan apa yang bisa kita kerjakan, terlepas hal-hal di luar circle of influence (lingkup kendali) kita." Tanpa pandemi saja, beberapa dari kita sudah kebingungan dengan tujuan hidup. Ditambah dengan pandemi, semakin banyak hal yang kita jalani menjadi tidak pasti. Bila ingin terus meresahkan hal-hal di luar kendali, lama-kelamaan kita akan letih sendiri. Aku tahu mempraktikkan ini sulit sekali, karena aku juga masih dalam proses menjalani. Demi mengurangi beban berat di tubuh dan pikiran, aku memilih untuk melakukan apa yang teman dekatku ini sampaikan.
Memfokuskan pikiran pada 'hari ini' dan apa yang bisa dikerjakan juga memampukan kita berpikir secara lebih logis. Daripada galau memikirkan standar yang dipasang netizen "harus punya 100 juta di usia 25 tahun", kita bisa fokus dulu pada pekerjaan kita saat ini. Lalu bisa coba pelajari tips menabung, investasi, upgrade skill, dan lainnya. Banyak juga yang galau disuruh orang tua harus apply kerja sebagai ASN atau harus kerja di kantor yang bergaji besar. Daripada fokus dengan kegalauan itu, kita bisa fokus untuk memberi usaha terbaik kita dengan apply ke pekerjaan yang kita inginkan, dan merasa puas dengan hasil kerja keras itu.
Baca juga: Rasa Cemas dan Insecure karena Sosial Media
Intinya, teruntuk kamu yang sedang mengalami quarter life crisis, kamu tidak sendirian. Akui perasaan itu, tuliskan secara rinci, fokus pada apa yang bisa dikerjakan hari ini, dan terus melangkah. Langkah kecilmu hari ini akan berarti untuk hari-hari ke depan. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Pantang menyerah ya....
Chindy semakin bertumbuh,sukses buat kerja kerasmu,semoga menjadi inspirasi buat yg baca
ReplyDelete