3 Tips Mengelola Keuangan di Kala Pandemi
Namun, selalu ada cara ketika kita mau berusaha. Memang terdengar easier said than done ya (lebih mudah diomongkan dibandingkan dilakukan), tapi bukan tidak mungkin kok. Kalau ada tekad kuat dan perencanaan yang baik, keuangan tetap bisa kita kelola. Yuk simak 3 tips sederhana yang sudah ku praktekkan selama pandemi ini, yakni:
1. Menabung dan Menabung
Menabung adalah prinsip utama setiap kali aku mendapatkan penghasilan. Mulai dari kerja part-time sebagai guru saat kuliah dulu hingga menjadi pegawai full-time saat ini. Saat ada uang yang masuk, aku langsung menabung 50%; 50% sisanya aku anggarkan untuk bayar kos, biaya sehari-hari dan biaya lain seperti nongkrong dan belanja. Awal-awal baru berpenghasilan sendiri, memang susah untuk konsisten nabung 50%. Selain karena biaya hidup yang tidak rendah, pengeluaran nongkrong bersama teman terkadang suka out of budget.Sumber: https://blog.pintaria.com/ |
Pada umumnya, para financial planner (perencana keuangan) menyarankan kita untuk membuat anggaran seperti ini: 30% cicilan, 20% tabungan, 30% biaya hidup sehari-hari, 15% gaya hidup (belanja dan nongkrong), dan 5% bersedekah. Pengaturan keuangan seperti ini juga bisa kita ikuti. Poin terpenting agar pengeluaran bisa sesuai budget dan tidak mengambil jatah tabungan adalah catat setiap pengeluaran kita! Bahkan uang bensin 1 liter, uang parkir 2.000, atau habis beli gorengan 5 biji - catat semuanya. Semakin kita menyadari setiap peser uang yang masuk dan keluar dari diri kita, semakin kita bisa bijak dalam mengelola keuangan.
Semakin kita menyadari setiap peser uang yang masuk dan keluar dari diri kita, semakin kita bisa bijak dalam mengelola keuangan.Dengan kasus pengurangan gaji di masa pandemi, satu pertanyaan penting pun muncul: apakah kita bisa tetap menabung? Harus bisa! Cukup berat membahas bagian ini karena pengeluaran seorang single dan yang sudah berkeluarga pastinya berbeda. Bila pengeluaran tidak bisa dikurangi, carilah pemasukan tambahan - bisa dengan menjual makanan, jasa, atau mencoba dropship.
2. Mengatur Ulang Alokasi Dana
Karena lokasi bekerja harus berpindah ke rumah, biaya tambahan seperti internet pasti sangat terasa. Biasanya biaya internetku hanya Rp 80.000,- per bulan. Sejak Work From Home (WFH) dari 23 Maret 2020, aku harus merogoh kantongku kurang lebih Rp 500.000,- untuk biaya internet 2 bulan. Ditambah lagi beberapa biaya yang sebelumnya belum ada dalam budgetingku, seperti vitamin, obat migrain, dan koyo (karena encok juga duduk lesehan sambil menghadap laptop di kamar kecil ini).Karena tidak mau mengambil jatah tabungan, aku memilih mengatur ulang alokasi dana bulananku. Dana internet yang cukup tinggi aku ambil dari dana makan sehari-hari. Dulunya budget makan harianku adalah Rp 30.000,- (belum ditambah jajan gorengan, roti, atau buah), sekarang menjadi Rp 10.000,- per hari. "Apa? Emang ada makanan seharga segitu di ibu kota?" Jawabannya: tidak ada. Trik termudah adalah dengan masak sendiri. Sayur buncis, wortel, terong atau tempe bisa dibeli dengan harga Rp 10.000,- dan bisa untuk dimasak 2 kali. Alokasi uang kopi susu kekinian (dulunya untuk nongkrong) kini aku alokasikan untuk beli roti gandum (sarapan) dan buah (makan malam).
3. Pertahankan Prioritas Hidup
Poin ketiga ini adalah bagian yang fleksibel. Kembali lagi pada prioritas kita masing-masing. Karena saat ini prioritasku adalah untuk sesuatu yang membutuhkan dana cukup besar di masa depan, prioritasku adalah menabung. Ada yang prioritasnya untuk mempertahankan usahanya, maka dana yang dipakai bisa jadi untuk biaya promosi via Facebook atau Instagram agar produk bisa dibeli secara daring dan cashflow kembali lancar. Ada pula yang memiliki prioritas membagikan ilmu (seperti mengajar atau sharing pengalaman via seminar). Mendengar sharing beberapa teman guru yang mengalami pemotongan gaji, kamu bisa coba mencoba platform seperti Udemy atau Superprof untuk mengajar secara virtual dan tetap menghasilkan uang.Dengan prioritas setiap orang yang berbeda, aku percaya kita bisa cari cara agar prioritas tersebut tetap bertahan. Terus berkreasi dan berinovasi untuk tetap bertahan di kala pandemi. Biaya hidup itu ga mahal kok, yang mahal itu gaya hidup. Pesan bijak mengelola keuangan ala orang tuaku: hidup secukupnya, bersyukur, dan berjaga-jagalah (menabung) selalu untuk masa depan.
Terus berkreasi dan berinovasi untuk tetap bertahan di kala pandemi. Biaya hidup itu ga mahal kok, yang mahal itu gaya hidup.
Selalu merasa senang baca tulisan kakak. Makasih banyak udah nulis ini disaat2 sulit seperti ini kak. Sempat hilang harapan untuk menabung lagi karena kondisi pemotongan dan pemngkasan pemasukan yg terjadi gila2an selama pandemi ini namun there is still hope untuk menabung as long as we stick to the priority :)
ReplyDeleteKeep inspiring yaaa.